JogjaEkspress.Com | JSCgroupmedia ~ Panggilan populernya adalah Nyi Lindur dan nama kecilnya adalah Kasirah. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 bulan besartahun Dal (kira-kira 1917 M), dari seorang ibu bernama Sadiyem.
Ayahnya seorang abdi dalem KeratonYogyakarta sebagai Srati gajah milik Sultan Hamengku Buwono VIII, yaitu Mas Kertopalono.
Sejak kecil Nyi Lindur tidak mempunyai kesempatan sekolah karena sibuk membantu orangtuanya. namun pada umur 14 tahun ia sudah cukup banyak menguasai tembang dan gendhing-gendhing Jawa tanpa bimbingan orang lain. dan ketia ia mulai bergaul dengan seniman-seniman waranggono dari Keraton Yogyakarta, ia mendapat tuntunan langsung dari ibu Rukmini, ibu Inem atau Kinclong dan juga Nyi Riya Larasati.
Umur 15 tahun ia magang abdi dalem Keraton Yogyakarta dan dianugerahi nama Lindur (mengigau).
Nama tersebut diberikan oleh Sultan hamengku Buwono VIII pada saat menjamu kanjeng Sunan Paku Buwono X ketika itu Nyi Lindur diperintahkan untuk nyinden, padahal dalam keadaan lelah dan mengantuk, sehingga suaranya seperti orang mengigau atau ngelindur.
Setelah masa magang selesai, ia diangkat sebagai abdi dalem Keraton Yogyakarta dengan pangkat wedono yang tugasnya sebagi pegirid utamanya adalag Nyi Mas Riya larasati.
Pengalaman-pengalaman nyi Lindur cukup banyak, kecuali tugas-tugas harian di Keraton, seringkali juga bertugas di Kepatihan dan gedung Negara. pada tahun 1973 ia melawat ke luar negeri keliling Jepang bersama rombongan Siswo Among Bekso yang mewakili Keraton Yogyakarta selama satu bulan penuh.

Karya-karyanya terutama berupa syair khusus dalam bentuk tembang persembahan untuk Sultan seperti : Tembang Sinom, Tembang Pangkur Lamba, dan Geculan ( Sri Narendra Hamengku Buwono IX)
Seniman pesindhen penganut Katolik dengan nama lengkap Nyi wedono Cicilia Kasirah lindur ini adalah salah seorang diantara sekian banyak seniman yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal, tetapi cukup berhasil berkat bakat dan ketekunannya.
Namun sebaliknya, dalam kehidupan rumah tangganya ia termasuk orang yang tidak beruntung, karena tiga kali menikah tidak seorangpun yang memberinya keturunan. | JogjaEkspress.Com | DinBud | *** |
1 Comment
oke